Minggu, 16 Oktober 2011

Sungguh ini adalah sebuah perjalanan  panjang nan melelahkan untuk memperbaiki motor jadul (jaman dahulu) Honda   v  90 s tahun 1971. Kebetulan saya dan anak pertama saya (Yudha) punya kegemaran yang sama  tentang sepeda motor lawas terutama yang bermerek Honda.

Honda v 90 s tahun 1971, warna biru itulah yang tertera di STNK yang sudah mulai lapuk dimakan usia, seiring dengan usia motor yang sudah puluhan tahun. Honda jadul 90cc warna biru tersebut  Yudha    membeli dari teman   grup bandnya seharga Rp 800.000,- dalam keadaan mati, tanpa rem muka maupun belakang, oli mesin juga ngocor.  Akhirnya Yudha mengotak-atik mesinnya dan motor pun  bunyi, kebetulan yudha punya  pengetahuan dasar otomotif ketika masih duduk di bangku SMK  jurusan otomotif.  

Persoalannya, bagaimana dengan oli yang ngocor, roda gigi satunya aus, rem depan harus dipasang, rem belakang  yang blong harus dibenahi, lampu weser juga harus  dinyalakan. Bagaimana yudha bisa memperbaikinya sendiri sedang ia sangat sibuk dengan ospek mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin Fakultas Satra yang baru dimasukinya. Maka yudha mencoba mendatangi bengkel resmi Honda, ternyata bengkel resmi Honda hanya sanggup memperbaiki sepeda motor anyar. 

  

 Yudha menunggangngi honda jadulnya, di tepi danau Universitas Hasanuddin


Akhirnya Yudha mencoba bertanya pada bengkel di sekitar  ia tinggal, dan ketemulah dengan seorang mekanik motor dari bengkel tersebut yang mengaku ahli mengotak-atik  sepeda motor jadul terutama Honda. Di sinilah awal petaka itu, padahal yudha tahu lebih gampang kalau motor jadul ini diperbaiki di bengkel komunitas  motor lawas, namun kondisi dan kesibukannya dalam pengkaderan mahasiswa baru membuatnya repot dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan memperbaiki di bengkel dekat rumah hingga sewaktu-waktu bisa dikontrolnya.
 
Katanya sang mekanik tersebut  sanggup  membuat mampet oli yang ngocor, mencarikan roda gigi satu yang aus dan original lagi, menyalakan kembali lampu-lampu weser, pokoknya  sang mekanik tersebut berbicara bagai mekanik handal yang faham dan ahli betul tentang mesin motor lawas. Maka ia mulai membongkar mesin, mengganti siel-siel oli, mengganti dan memasang roda gigi yang aus, dia ganti semua siel-siel oli, dan perapat mesin yang memang yudha sudah sediakan bahan-bahannya, satu hari dikerjakannya dan rampung.

Besoknya ternyata oli masih ngocor, roda gigi masih berbunyi dan belum sempurna, sang mekanik berjanji bahwa hasil kerjanya tersebut bergaransi maka ditelponlah ia, dan ia datang ke rumah untuk memeriksa hasil kerjanya, “kalau begitu motor saya bawa pulang saja”, katanya. Alasannya dikerjakan di rumah lebih punya waktu daripada di bengkel tempat ia bekerja. Ia pun meminta beberapa uang dengan alasan, wadah mesinnya harus dibubut kembali agar oli tidak ngocor, dia juga sudah dapat pedal rem yang sesuai, ganti kabel bodi dan skaklar lampu maupun  wesernya, pokoknya yudha akan menerima motornya utuh dan lengkap seperti motor originalnya.

Beberapa hari  ditunggu berulang-ulang ditelpon, jawabnya berbagai macam. Akhirnya saya sama Yudha pergi mencari rumahnya dan ketemu, kebetulan sang mekanik tersebut lagi ada di rumah, dari depan rumahnya saya melihat motor tersebut  tak pernah disentuh,  penuh debu, sadelnya sudah tidak berada diposisinya. Ketika itu kami berprasangka baik saja. Ia berjanji bahwa besok motor sudah beres dan akan diantar ke rumah.

Besoknya pun tidak ada khabar, dua hari kemudian saya mencoba menelpon. Telpon tidak dijawab, bahkan berkali-kali saya SMS juga tidak dibalas. Malam hari saya menelpon dan masuk suara anak kecil, saya bertanya  dan mengaku sebagai keluarga bapaknya, akhirnya sang mekanik tersebut berbicara, anaknya sakit katanya, entahlah apa memang anaknya lagi sakit. Terjadilah negosiasi, ia bilang si biru kesayangan yudha itu sudah siap dan bisa diambil malam ini, saya bilang besok pagi saja. 

Pagi sebelum ke kampus Yudha bersama temannya pergi mengambil motor tersebut, sang mekanik  pun tidak ada di rumah yang ada hanya istrinya. Untunglah motor masih bisa bunyi dan jalan. Bukannya diperbaiki, rupanya sadel sudah lepas dari tempatnya karena patah semua yang dijanjikan akan diganti pun tidak diganti, mekanik  itu hanya mengganti kabel  bodi dan skaklar saja. 

Sesampainya di rumah dengan raut muka yang bersungut-sungut yudha ngedumel. “kalau Cuma begitu saya pun bisa mengganti sendiri, masak ganti kabel bodi dan roda gigi satu saja biayanya semahal itu. Motor menjadi kacau, kenalpot jadi agak ngebul" dan olinya pun masih ngocor.

Begitulah perjalanan sepeda motor jadul  si biru kesayangan yudha. Akhirnya yudha jadi faham  bahwa orang yang bertuturnya sopan dan manis belum tentu perbuatannya juga manis seperti tutur katanya, mana  ada mekanik professional yang minta dibayar duluan sebelum kerjanya rampung. Ada pelajaran yang sangat  berharga bagi Yudha yang mulai menginjak usia dewasa.Semoga

 
Yudha (memegang gitar bercorak merah) sedang tampil bersama grup band metalnya