Sungguh ini adalah sebuah
perjalanan panjang nan melelahkan
untuk memperbaiki motor jadul (jaman dahulu) Honda v
90 s tahun 1971. Kebetulan saya dan anak pertama saya (Yudha) punya kegemaran yang sama
tentang sepeda motor lawas terutama yang bermerek Honda.
Honda v 90 s tahun 1971, warna biru itulah yang tertera di STNK yang
sudah mulai lapuk dimakan usia, seiring dengan usia motor yang sudah puluhan tahun. Honda jadul 90cc warna biru
tersebut Yudha membeli dari teman grup bandnya seharga Rp 800.000,- dalam keadaan mati, tanpa rem
muka maupun belakang, oli mesin juga ngocor.
Akhirnya Yudha mengotak-atik mesinnya dan motor pun bunyi, kebetulan
yudha punya pengetahuan dasar otomotif
ketika masih duduk di bangku SMK jurusan otomotif.
Persoalannya, bagaimana dengan oli yang ngocor, roda gigi satunya aus, rem depan harus dipasang, rem belakang yang blong harus dibenahi, lampu weser juga harus dinyalakan. Bagaimana yudha bisa memperbaikinya sendiri sedang ia sangat sibuk dengan ospek mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin Fakultas Satra yang baru dimasukinya. Maka yudha mencoba mendatangi bengkel resmi Honda, ternyata bengkel resmi Honda hanya sanggup memperbaiki sepeda motor anyar.
Persoalannya, bagaimana dengan oli yang ngocor, roda gigi satunya aus, rem depan harus dipasang, rem belakang yang blong harus dibenahi, lampu weser juga harus dinyalakan. Bagaimana yudha bisa memperbaikinya sendiri sedang ia sangat sibuk dengan ospek mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin Fakultas Satra yang baru dimasukinya. Maka yudha mencoba mendatangi bengkel resmi Honda, ternyata bengkel resmi Honda hanya sanggup memperbaiki sepeda motor anyar.
Yudha menunggangngi honda jadulnya, di tepi danau Universitas Hasanuddin
Akhirnya Yudha mencoba bertanya pada bengkel di
sekitar ia tinggal, dan ketemulah dengan seorang mekanik motor dari bengkel tersebut yang mengaku ahli mengotak-atik sepeda motor jadul terutama Honda. Di sinilah
awal petaka itu, padahal yudha tahu lebih gampang kalau motor jadul ini
diperbaiki di bengkel komunitas motor
lawas, namun kondisi dan kesibukannya dalam pengkaderan mahasiswa baru membuatnya repot dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan memperbaiki di bengkel dekat rumah
hingga sewaktu-waktu bisa dikontrolnya.
Katanya
sang mekanik tersebut sanggup membuat mampet oli yang ngocor, mencarikan roda gigi satu yang aus dan original lagi, menyalakan kembali lampu-lampu weser, pokoknya sang mekanik tersebut berbicara bagai mekanik handal yang faham dan ahli betul tentang mesin motor lawas. Maka ia mulai membongkar mesin, mengganti siel-siel oli, mengganti dan memasang roda gigi yang aus, dia ganti semua
siel-siel oli, dan perapat mesin yang memang yudha sudah sediakan bahan-bahannya,
satu hari dikerjakannya dan rampung.
Besoknya ternyata oli masih ngocor, roda gigi masih
berbunyi dan belum sempurna, sang mekanik berjanji bahwa hasil kerjanya tersebut
bergaransi maka ditelponlah ia, dan ia datang ke rumah untuk memeriksa hasil
kerjanya, “kalau begitu motor saya bawa pulang saja”, katanya. Alasannya
dikerjakan di rumah lebih punya waktu daripada di bengkel tempat ia bekerja. Ia
pun meminta beberapa uang dengan alasan, wadah mesinnya harus dibubut kembali agar oli tidak ngocor,
dia juga sudah dapat pedal rem yang sesuai, ganti kabel bodi dan skaklar lampu maupun wesernya, pokoknya yudha akan menerima
motornya utuh dan lengkap seperti motor originalnya.
Beberapa hari
ditunggu berulang-ulang ditelpon, jawabnya berbagai macam. Akhirnya saya
sama Yudha pergi mencari rumahnya dan ketemu, kebetulan sang mekanik tersebut
lagi ada di rumah, dari depan rumahnya saya melihat motor tersebut tak pernah disentuh, penuh debu,
sadelnya sudah tidak berada diposisinya. Ketika itu kami berprasangka baik saja. Ia berjanji bahwa
besok motor sudah beres dan akan diantar ke rumah.
Besoknya pun tidak ada khabar, dua hari kemudian saya
mencoba menelpon. Telpon tidak dijawab, bahkan berkali-kali saya SMS juga tidak
dibalas. Malam hari saya menelpon dan masuk suara anak kecil, saya
bertanya dan mengaku sebagai keluarga
bapaknya, akhirnya sang mekanik tersebut berbicara, anaknya sakit
katanya, entahlah apa memang anaknya lagi sakit. Terjadilah negosiasi, ia bilang si biru kesayangan yudha itu sudah siap dan bisa diambil malam ini, saya bilang besok pagi saja.
Pagi sebelum ke kampus Yudha bersama temannya pergi mengambil motor tersebut, sang mekanik pun tidak ada di rumah yang ada hanya istrinya. Untunglah motor masih bisa bunyi dan jalan. Bukannya diperbaiki, rupanya sadel sudah lepas dari tempatnya karena patah semua yang dijanjikan akan diganti pun tidak diganti, mekanik itu hanya mengganti kabel bodi dan skaklar saja.
Pagi sebelum ke kampus Yudha bersama temannya pergi mengambil motor tersebut, sang mekanik pun tidak ada di rumah yang ada hanya istrinya. Untunglah motor masih bisa bunyi dan jalan. Bukannya diperbaiki, rupanya sadel sudah lepas dari tempatnya karena patah semua yang dijanjikan akan diganti pun tidak diganti, mekanik itu hanya mengganti kabel bodi dan skaklar saja.
Sesampainya di rumah dengan raut muka yang
bersungut-sungut yudha ngedumel. “kalau Cuma begitu saya pun bisa mengganti sendiri,
masak ganti kabel bodi dan roda gigi satu saja biayanya semahal itu. Motor menjadi kacau, kenalpot jadi agak ngebul" dan olinya pun masih ngocor.
Begitulah perjalanan sepeda motor jadul
si biru kesayangan yudha. Akhirnya yudha jadi faham bahwa orang yang bertuturnya
sopan dan manis belum tentu perbuatannya juga manis seperti tutur katanya, mana ada mekanik professional yang minta dibayar
duluan sebelum kerjanya rampung. Ada pelajaran yang sangat berharga bagi Yudha yang mulai
menginjak usia dewasa.Semoga
Yudha (memegang gitar bercorak merah) sedang tampil bersama grup band metalnya